Tetapi hal itu tidak berlaku untuk sahabatku "amel" mungkin karna dia anak emas di kelas KIMIA, begitulah penghargaan yang diberikan oleh teman-teman kelasku. Suasana mencekam mulai terjadi, hening dan suram berada didalam kelas. Jantung mulai berdetak keras padahal bu Betris baru saja duduk di singgah sananya. Tetapi sekali lagi tidak berlaku pada amel, sungguh menakjubkan. Aku melihat jam masih berada di pukul 7 tepat dan aku rasa jam pun akan mati berdetak, karna waktu pun tidak akan berguna untuk guruku yang satu ini. "tenang lil, jangan tegang gtu dong!!bu betris baik ko..". "lil" adalah panggilan imut ku. Mendengar ucapan amel seketika aku merasa ada 2 kubu yang berlawanan, mendengar kata "tenang" mungkin itu adalah hal yang akan aku lakukan tetapi mendengar ucapan "ibu betris baik!!" itu sama sekali tidak sesuai dengan karakter wajahnya.
3 jam berlalu dengan lambatnya, bu betris pun keluar kelas dengan auranya yang mendung. Aku pun seketika memeluk sahabatku karna selama pelajaran dia yang selalu membantuku menjawab soal-soal yang sebenarnya mudah tetapi terasa sulit ketika menatap wajah bu betris, sungguh ironis. "lil, ayo ke kantin.laper nih.". aku pun segera melupakan mimpi burukku ini dengan segera menyambar tangan amel untuk pergi mengisi perut yang terasa sangat butuh sesuap nasi.